Pertarungan Ekonomi, Siapa yang Akan Memenangkan Perang Dagang, AS atau China !

Pertarungan Ekonomi, Siapa yang Akan Memenangkan Perang Dagang, AS atau China !

uccphilosoph.com – Ketegangan antara Amerika Serikat dan China dalam arena perdagangan global terus menjadi sorotan dunia. Perang dagang yang telah berlangsung sejak 2018 ini telah mengubah lanskap ekonomi internasional, mempengaruhi rantai pasok global, stabilitas pasar, hingga kebijakan moneter berbagai negara.

Kebijakan tarif impor, pembatasan teknologi, hingga kontrol ekspor bahan baku strategis seperti semikonduktor dan rare earth elements telah menjadi senjata utama kedua negara dalam mempertahankan dominasinya. Amerika Serikat menuduh China melakukan praktik perdagangan tidak adil dan mencuri kekayaan intelektual, sementara China menuding AS menggunakan kekuatan hegemoniknya untuk menahan kebangkitan ekonomi Beijing.

Sejak masa pemerintahan Presiden Donald Trump hingga Joe Biden, pendekatan keras terhadap China tetap dipertahankan, meski dengan retorika yang berbeda. Di sisi lain, China terus memperkuat strategi “dual circulation” yang bertujuan menyeimbangkan pasar ekspor dan konsumsi domestik.

Efek perang dagang ini tak hanya dirasakan oleh kedua negara, tetapi juga oleh negara-negara mitra dagang seperti Indonesia, Vietnam, Jerman, dan Jepang. Banyak perusahaan global melakukan diversifikasi rantai pasok, memindahkan pabrik ke Asia Tenggara untuk menghindari tarif tinggi.

Meski sempat mengalami guncangan ekonomi, baik AS maupun China sama-sama menunjukkan ketahanan. Produk Domestik Bruto (PDB) AS tumbuh stabil pasca-pandemi, sementara China menunjukkan pemulihan dengan cepat melalui sektor manufaktur dan digital.

Namun, pertarungan ini bukan sekadar soal angka pertumbuhan ekonomi. Di balik layar, kedua negara tengah bersaing membangun pengaruh jangka panjang melalui dominasi teknologi, pengaruh diplomatik, dan kontrol terhadap sumber daya strategis global.

Saat ini, belum ada tanda-tanda konflik ini akan mereda. Justru, kompetisi makin meluas ke sektor lain seperti kecerdasan buatan, energi terbarukan, dan keamanan siber. Dunia kini menanti: akankah salah satu pihak keluar sebagai pemenang? Ataukah keduanya akan saling melemah hingga tercipta tatanan ekonomi baru yang lebih multipolar?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *