Bentrok Milisi Pro-Pemerintah dan Rezim Al Assad di Suriah, Ada Apa?

JAKARTA, uccphilosoph.com – Suriah kembali menjadi sorotan dunia setelah bentrokan pecah antara milisi pro-pemerintah dan pasukan yang setia kepada rezim Presiden Bashar al-Assad. Konflik ini menandai ketegangan internal yang semakin meningkat di dalam pemerintahan Suriah, yang selama lebih dari satu dekade terjebak dalam perang saudara yang kompleks.

Latar Belakang Bentrokan

Bentrokan ini berawal dari ketegangan antara kelompok milisi yang selama ini mendukung pemerintah dengan pasukan rezim Assad. Milisi-milisi ini sebagian besar terdiri dari kelompok yang dulunya direkrut untuk membantu melawan pemberontak dalam perang saudara. Namun, ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, terutama terkait pembagian kekuasaan dan sumber daya, memicu ketegangan yang berujung pada konfrontasi terbuka.

Menurut laporan dari berbagai sumber, bentrokan pertama kali terjadi di wilayah Daraa dan Homs, yang merupakan daerah dengan sejarah panjang perlawanan terhadap rezim Assad. Wilayah ini sebelumnya menjadi pusat pemberontakan pada 2011, dan kini kembali menjadi ajang pertempuran antara kelompok pro-pemerintah yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap rezim.

Penyebab Ketegangan

Beberapa faktor yang memicu bentrokan ini antara lain:

  1. Perebutan Kendali dan Sumber Daya

    • Banyak milisi pro-pemerintah yang menginginkan lebih banyak kendali atas sumber daya ekonomi, terutama jalur perdagangan dan kontrol atas wilayah yang kaya akan minyak.
    • Ketegangan muncul setelah pemerintah Suriah mengambil langkah untuk membatasi kekuasaan beberapa kelompok bersenjata yang sebelumnya diberi kebebasan bergerak selama perang saudara.
  2. Ketidakpuasan terhadap Kebijakan Pemerintah

    • Sejumlah kelompok milisi merasa diabaikan setelah mereka berjuang untuk mempertahankan rezim Assad selama bertahun-tahun.
    • Kebijakan baru yang membatasi peran mereka dalam struktur kekuasaan membuat beberapa kelompok mulai beralih melawan rezim.
  3. Dukungan dari Pihak Asing

    • Beberapa laporan menyebutkan bahwa faksi-faksi tertentu mendapatkan dukungan dari aktor luar yang berkepentingan di Suriah, termasuk Iran dan Rusia.
    • Sementara Rusia tetap menjadi pendukung utama Assad, Iran dikabarkan memiliki hubungan dengan beberapa kelompok milisi yang kini mulai bersikap lebih independen.

Dampak Bentrokan

Bentrokan ini telah menyebabkan puluhan korban jiwa dan meningkatnya ketidakstabilan di beberapa wilayah. Dampak yang muncul dari konflik ini meliputi:

  • Meningkatnya kekhawatiran akan perang baru di dalam Suriah, yang bisa mempersulit upaya rekonstruksi pascaperang.
  • Krisis kemanusiaan semakin memburuk, dengan ribuan warga sipil terpaksa mengungsi dari daerah yang terkena dampak pertempuran.
  • Keretakan dalam kubu pro-pemerintah, yang bisa menjadi celah bagi kelompok oposisi atau ekstremis untuk kembali memperkuat diri.

Apa Selanjutnya?

Dengan meningkatnya eskalasi konflik, pertanyaan besar yang muncul adalah apakah rezim Assad mampu mengendalikan situasi atau justru semakin kehilangan cengkeraman atas sekutu-sekutunya sendiri. Jika bentrokan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Suriah akan menghadapi babak baru dari konflik internal yang lebih luas.

Sementara itu, komunitas internasional masih memantau perkembangan ini dengan hati-hati, terutama negara-negara seperti Rusia dan Iran yang memiliki kepentingan besar di Suriah. Jika situasi ini tidak segera dikendalikan, Suriah bisa kembali menjadi titik panas konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Konflik di Suriah memang jauh dari kata selesai. Bentrokan terbaru ini hanya menambah daftar panjang pertempuran yang terjadi di negeri yang telah lama dilanda perang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *